Diktator Eritrea gagalkan timnasnya di kualifikasi Piala Dunia 2026
Togel Online Terbaik – Pemerintah Eritrea menyimpan ragu yang besar terhadap para pemain timnas sepakbolanya. Paranoid, dan tidak sudi diakali, pemerintah negeri di Afrika timur itu hingga tega mengorbankan kehidupan sepakbola mereka.
Negara tetangga Sudan, Ethiopia dan Jiburi berikut tanpa basa-basi melarang timnasnya untuk tampil di kualifikasi Piala Dunia 2026. Mau tidak sudi Eritrea pun mesti mundur.
Dalam kualifikasi Piala Dunia zona Afrika, Eritrea tergabung di Grup E bersama dengan Maroko, Zambia, Kongo, Tanzania dan Niger.
FIFA dan CAF pun sudah mengonfirmasi bahwa Federasi Sepak Bola Nasional Eritrea sudah mengundurkan diri berasal dari kompetisi pendahuluan Piala Dunia FIFA 2026 tersebut.
“Seluruh pertandingan Eritrea dibatalkan, namun sisa jadwal pertandingan Grup E selalu tidak berubah,” tulis FIFA dalam keterangannya.
Pernyataan bersama dengan berasal dari FIFA dan Konfederasi Sepak Bola Afrika (Caf) menjelaskan bahwa “semua pertandingan Eritrea sudah dibatalkan”, lebih dari satu hari sebelum akan mereka dijadwalkan laksanakan perjalanan untuk hadapi Maroko terhadap pertandingan pertama mereka. Namun mereka tidak memberi tambahan penjelasan.
Federasi Sepak Bola Nasional Eritrea (ENFF) belum memberi tambahan komentar namun diketahui bahwa para pemain yang berbasis di dalam negeri sudah mempersiapkan dua pertandingan pembuka kampanye kualifikasi mereka sepanjang tiga bulan sebelum akan diberitahu terhadap akhir Oktober bahwa mereka tidak dapat ambil bagian.
Beberapa bagian ENFF dipercayai sudah berusaha meyakinkan kementerian olahraga dan kebudayaan untuk memberi tambahan lampu hijau kepada tim untuk bermain namun ditolak oleh Zemede Tekle, komisaris olahraga dan kebudayaan, yang mengawasi federasi.
Diktator Eritrea gagalkan timnasnya di kualifikasi Piala Dunia 2026
Menurut lebih dari satu sumber yang dekat bersama dengan skuad, alasan utama pelarangan itu adalah untuk menghindar para pemain memakai jadwal pertandingan tim nasional di luar negeri untuk melarikan diri dan berharap suaka politik berasal dari rezim opresif presiden Eritrea, Isaias Afwerki, yang memberlakukan mesti militer seumur hidup terhadap banyak orang.
Laki-laki berusia pada 18 dan 60 th. dan perempuan berusia pada 18 dan 27 th. dipaksa untuk bertugas di militer atau dinas nasional. Sejak November 2020, mereka dipaksa untuk ambil bagian dalam perang saudara di Tigray, dan pengungsi Eritrea yang tinggal di kamp-kamp di provinsi utara Ethiopia ditembak atau dideportasi ulang ke Eritrea oleh tentara Eritrea.
“Ini memilukan,” kata tidak benar satu sumber. “Mereka membunuh sepak bola Eritrea. Tidak gampang bagi para pemain untuk berharap penjelasan. Mereka bisa saja mengirim Anda ke penjara sebab laksanakan protes. Anda dapat menanti dan memandang apa yang mereka putuskan.”
The Guardian menghubungi presiden ENFF, Paulos Weldehaymanot, namun dia tidak menanggapi permohonan komentar.
Pemerintah Eritrea tampaknya tidak sudi kecolongan lagi. Pasalnya, sejak th. 2009 diperkirakan lebih berasal dari 60 pemain sudah memakai standing mereka sebagai pemain internasional untuk melacak suaka. Yang terbaru, lima pemain wanita melarikan diri lebih dari satu jam sebelum akan pertandingan mereka melawan tuan rumah Uganda di Dewan Asosiasi Sepak Bola Afrika Timur dan Tengah ( Cecafa) Kejuaraan U-20 Wanita terhadap November 2021.
Tujuh pemain putra – Abel Okbay Kilo, Eyoba Girmay, Yosief Mebrahtu, Filmon Serere, Robel Kidane, Abraham dan Ismail Jahar – hilang di Uganda sehabis menolong Eritrea meraih final Piala Cecafa untuk pertama kalinya terhadap Desember 2019 dan tetap bersembunyi.
Empat pemain internasional U-20 – Hanibal Tekle, Mewael Yosief, Simon Asmelash dan Hermon Yohannes – melarikan diri sehabis kemenangan 5-0 Eritrea melawan Zanzibar di perempat final Piala Cecafa U-20 di Uganda terhadap Oktober 2019.
Eritrea – yang sedianya dapat hadapi Maroko, Zambia, Kongo, Tanzania dan Niger di kualifikasi Piala Dunia – belum pernah bermain sejak pertandingan persahabatan melawan Sudan terhadap Januari 2020 dan pertandingan kompetitif paling akhir mereka adalah kualifikasi Piala Dunia 2022 terhadap September 2019.
Timnas Eritrea tidak ulang punya peringkat FIFA sebab tidak memainkan satu pertandingan pun dalam 48 bulan terakhir, bersama dengan semua pertandingan mesti dijalankan jauh berasal dari rumah sebab kurangnya stadion di Eritrea yang memenuhi kriteria Caf untuk jadi tuan rumah pertandingan internasional.
Situasi demokrasi di Eritrea sangat memprihatinkan. Rezim diktator Isaias Afwerki dapat menangkap siapa saja yang diakui melawan pemerintah, tanpa proses hukum. Negara ini terhitung berada dalam ada problem ekonomi yang ekstrim sebab kekurangan mata duwit asing dan kelangkaan barang konsumsi.
Malnutrisi dan kemiskinan tetap mewabah di Eritrea, dan serangan hama serta pembatasan pergerakan jadi memperburuk situasi. Penggunaan arang secara terus-menerus untuk kepentingan memasak sudah mempercepat degradasi lingkungan. “Secara umum, Eritrea konsisten menempuh jalan destruktif sepanjang dua dekade terakhir,” tulis BTI, sebuah proyek international untuk studi demokrasi dan ekonomi dunia. (Guardian,FIFA, BTI).
Bandar Togel Online Terbaik,| Situs Togel Terpercaya,| Agen Togel Terbaik